Author
: @Vitashaadha
Cast
: Do Kyungsoo (EXO), Jung
Il Yun (OC)
Length
: Ficlet
Genre
: Song-fic, Romance,
Angst
Rating
: G
Disclaimer
: this story belong to Tasha. i do not own anything
Annyeonghaseyo!!
Kini neweunkyusung muncul lagi dengan fanfic karya Author sukarela
(?)
Cerita ini dibuat berdasarkan lagu exo dari mini-album baru mereka
(Miracle in December) yaitu My Turn to Cry.
Fanfic ini dibuat sama Tasha yang sudah sudi menaruh fanfic
pertamanya di blog kita, semoga para readers suka dan ga pelit lagi sama
komentarnya. ^^
SILENT READERS JAMBAN JUSEYO!
DILARANG CO-PAS TANPA IZIN!
Share Link Are Legal :)
Tak seperti biasanya hari ini
kau menghubungiku untuk segera bertemu. Dan kebetulan pula aku memang
sedang
merindukanmu. Kita bertemu di taman tempat biasa kita melihat bintang bersama
di kala malam
menghampiri. Kau datang, namun ada sesuatu dari wajahmu yang
berbeda, entah apa itu.
“Hmmm..” kau pun mulai
berkata, dan hal itu membuatku merinding. Apa yang sebenarnya terjadi.
Untuk beberapa saat kita
terdiam saling menatap, dan kau tiba-tiba saja mulai mengeluarkan benakmu
selama ini. Kekhawatiranku pun terjawab. Kau mengeluarkan sebuah kotak merah
muda yang dulu pernah
ku berikan padamu. Kau mengembalikannya tanpa berani
menatap mataku.
“Maafkan aku. Sudah sejak
lama orang tuaku memintaku untuk bersekolah di LA dan tinggal bersama
pamanku
disana. Namun kau tau, aku tidak mungkin meninggalkanmu disini. Aku tak sanggup
jauh darimu”
Perlahan air mata yang kutakutkan selama ini mengalir di pipi
merona itu.
Aku membeku, itu kelemahanku
dan kau tau itu.
“Hingga tadi pagi orang tuaku
bertengkar karena masalah ini. Aku bingung harus bagaimana. Aku sangat
mencintaimu
tapi apa yang harus aku lakukan. Orang tuaku pasti akan berpisah kalau sampai
aku tak
mengikuti permintaannya. Aku harus bagaimana? Aku bingung”
Kau menangis tanpa henti, badanmu sudah mulai
tak sanggup menahan rasa sesak yang sedari lama kau
sembunyikan. Itu sungguh
membuatku sakit. Saat aku ingin memelukmu bayanganmu pun menghilang terganti dengan sebuah gambar yang sedari malam ku peluk. Itu gambarmu.
Waktu berlalu begitu cepat
sampai aku tak sadar kalau tahun berlalu begitu cepat tanpamu. Di setiap
kenangan itu aku masih terngiang namamu. Tak jelas kapan itu terjadi, namun aku
masih dapat mengingatnya.
Tawamu yang membuat rasa lelah itu terbuang. Caramu
menatap membuat ku merinding seketika. Aroma
tubuhmu membuat ku ingin selalu
bersamamu. Apa yang sebenarnya ku pikirkan?
Dengan hati kelam karena
mengingat rasa sakit yang kurasakan di mimpi tadi, ku buka tirai kamarku.
Walaupun waktu masih menunjukan pukul 2 pagi, namun mataku tak dapat menutup
karena terlalu merindukanmu.
Ku pandangi lampu malam yang menghiasi
kota, ku akui itu memang indah, namun masih tak banyak
membantu rasa sakit ini.
Pikiranku mulai melayang jauh kembali. Tanganku tiba-tiba saja mengambil
sepucuk
kertas yang ada di balik tumpukan buku. Disana ku mulai membiarkan noda
hitam itu bergerak dengan
sendirinya. Sambil meneteskan air mata, aku masih
menuliskan pesanku untukmu.
Jung Il Yun,
bagaimana kabarmu?
Ingatkah, saat hal
sulit menghampirimu? Aku selalu ada disampingmu bukan. Disaat kau menangis akulah yang bersedia
mendampingimu. Tak pernah ada sepatah katapun yang berani ku katakan saat kau
membiarkan rambutmu menyentuh pipiku. Hingga kau tersadar apa yang kau lakukan
tadi dan akupun berusaha membuatmu menjukan senyum indah itu, walaupun ku tau apa yang aku lakukan ini tidak terlalu banyak membantu. Tapi ku bahagia melihatmu
menunjukan senyum mungil itu. Aku berjanji akan selalu mengubah air matamu
menjadi sebuah senyuman. Jadi, janganlah kau menangis saat ku tak ada. Tolong..
Berikanlah semua
tangisanmu itu kepadaku. Akan kuhapus semua rasa pedih yang selama ini kau rasa.
Aku akan menggantikan semua tangisanmu. Berikan kesedihanmu padaku. Akan ku
biarkan kau tersenyum walaupun ku harus menggantikan tangisanmu ini. Aku akan
menangis sampai semua tangisan milikmu tiada.
Sejujurnya aku masih tak
sadar apa yang sebenarnya ku tulis tadi. Tanpa berpikir panjang ku biarkan
sebuah amplop menyampuli kertas berisi tangisanku itu. Namun sampai detik ini
aku masih membiarkannya terbengkalai di atas kotak merah muda itu. Entah
mengapa tanganku membuka kotak tersebut, foto itulah yang kau berikan saat itu.
Foto pudar itu masih ku lihat, sungguh sakit memperhatikannya, ingin sekali aku
membuang itu semua namun tak sanggup raga ini membiarkannya berkumpul diantara
kotoran itu. Walapun ku tau foto itulah yang membuatku menangis, foto itulah
yang membuatku teringat tentang dirimu. Tak sanggup diri ini memperhatikan
setiap tingkahmu ketika ku mengarahkan kamera ponselku ke arahmu, Senyuman itu. Masihkah kau memberikan senyuman malu itu?
Aku sangat bahagia melihat
senyuman itu. Jangan kau biarkan senyuman itu lenyap karena tangisanmu.
*****
Hari ini benar-benar hari
yang sebenarnya sudah ku tunggu sejak lama. Tapi karena sikapku yang dingin ini,
aku bingung harus mulai darimana. Aku tak terbiasa akan hal ini. Keringatku
mulai bercucuran, badanku
bergetar menunggu kehadirannya, aku harus bagaimana?
Langkah kaki yang ku kenal
itu semakin dekat. Rasanya aku ingin memberhentikan waktu dan berteriak
sekencang-kencangnya, namun aku bisa apa. Detik-detik kedatangannya serasa
lebih cepat.
Kau datang dengan anggunnya, walaupun
kau hanya mengenakan dress sederhana dan tanpa memoleskan
sedikitpun riasan di
wajahmu, kau sungguh sangat cantik. Mataku benar-benar tak dapat teralihkan
darimu.
Ketika ku mulai sadar akan dunia nyata, kegugupan mulai datang. Gigiku
bergemelatuk. Aku sangat malu
saat ini. Dan akhirnya mata kita saling bertemu.
“Ah rupanya kau disini.
Sedari tadi ku mencarimu tau!” seperti biasanya kau bertingkah ceria seperti
ini.
Namun aku masih diam mematung.
“Kyungsoo? Kau tak dengar
ya?”
”Jung Il Yun, kau tau aku
memang bukan pria tampan yang romantis…” aku mulai berkata dengan nada
yang
kurang terdengar sepertinya, namun seketika saat mendengarkan kalimat itu kau
mulai mematung.
“Aku tak bisa mengukir
kata-kata indah yang ku tau kau selalu ingin mendapatkannya dari seorang pria...
sudah lama sekali kita bersahabat dan sudah sedari itu pula ku mulai
menyukaimu. Dan sampai detik ini pun
aku masih menyukaimu” baiklah ini sudah
setengahnya, sekarang tinggal mengungkapkan kata itu. Tapi
kenapa jantungku
berdetak lebih kencang?
“Ada apa? Kenapa kau
berhenti?” kau mulai tersenyum lembut. Aku bingung apa arti itu semua. Apa kau
menganggap ini gurauan? Hal itu semakin membuatku bergetar.
“Hmm.. Jung Il Yun… aku
mencintaimu… jadilah, kekasihku”
“Hahaha.. Kau ini kenapa
Kyungsoo? Ternyata kau hebat juga saat bergurau” kau tertawa tiada henti
setelah kuucapkan kalimat itu. Apakah ini artinya ku gagal? Cinta pertamaku
harus seperti inikah?
Pikiranku mulai tak tentu
arah. Tanpa berpikir panjang aku langsung memelukmu. Ku tau ini tidak sopan
karena selama ini aku tidak pernah memelukmu. Namun tiba-tiba saja aku
merasakan sesuatu yang hangat di punggungku.
“Aku juga mencintaimu”
*****
Malam ini aku tak dapat
membuat mataku terpejam. Di gelapnya kamarku ini, ku membiarkannya terbuka.
Aku
gambarkan wajahmu di pikiranku. Aku biarkan khayalanku terbang dengan
angan-angan wajah
manismu. Kau yang tersenyum malu dengan tatapan lembut. Aku
ingin membiarkan tanganku memelukmu
erat dan tak akan melepaskannya, namun apa
yang harus kulakukan? Kita sudah
berjauhan. Aku sangat
mencemaskan tangisanmu. Jadi, janganlah kau menangis saat
ku tak ada. Karena kau tidak bisa bersandar
pada bahuku lagi. Kau tidak bisa
tersenyum karena ulahku lagi. Selamat tinggal.
Andai aku mundur satu tahun
dan mengembalikan hatiku dan melarangmu pergi. Akankah sekarang kita
tetap
bersama? Jika aku bertemu denganmu lagi, akankah air mata ini tetap menetes?
Bodohnya aku, yang
tidak bisa berkata sepatah katapun. Aku tau itu mungkin
pemikiran bodoh, tapi tetap saja, Andai…
Aku mencintaimu. Sangat
mencintaimu. Aku merindukan semua hal tentangmu. Maafkan aku, aku terlalu
jahat
padamu saat itu. Maafkan aku tak pernah bisa mengungkap apa yang ku rasa.
Maafkan aku terlalu
kaku dan dingin kepadamu. Begitu bodohnya aku melepasmu
begitu saja saat itu. Aku selalu
memikirkan
tentangmu. Dirimu yang selalu ada seperti udara. Ini sungguh aneh, hanya dengan memikirkanmu
saja
membuat air mataku terjatuh tiada henti. Aku ingin kembali padamu. Akan
kulakukan apapun. Maafkan aku.
Tanganku kembali mengambil
surat yang akan ku berikana padamu. Di bagian akhir dari surat itu aku
tuliskan
kata-kata yang sedari lama sulit kuucapkan.
I’ll
always care for you, even if we are not together, even if we are not in the
same place
again and far away from each other.
I
still love you, and I miss you so much. Please be happy in that place. You must
promise that never cry again baby. I don’t want to let you cry. I want to let you smile, the most brilliant
smile. I’ll take all of your tears.
Cause It’s my turn to cry.
Your Love
Quiet and calm Soo
-FIN
Bagaimana fanficnya? silahkan taruh semua pendapat kalian ke kolom komentar ^^. Ga mau komentar ya gausah baca -_- *tendang silent readers*
Ya maka dari itu tolong sekali komentarnya yaa~~
Ppyeong!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar