Minggu, 22 Desember 2013

Fanfiction (Ficlet) My Turn To Cry







Author                  : @Vitashaadha
Cast                      : Do Kyungsoo (EXO), Jung Il Yun (OC)
Length                   : Ficlet
Genre                    : Song-fic, Romance, Angst
Rating                   : G
Disclaimer             : this story belong to Tasha. i do not own anything

Annyeonghaseyo!! 
Kini neweunkyusung muncul lagi dengan fanfic karya Author sukarela (?)
Cerita ini dibuat berdasarkan lagu exo dari mini-album baru mereka (Miracle in December) yaitu My Turn to Cry.
Fanfic ini dibuat sama Tasha yang sudah sudi menaruh fanfic pertamanya di blog kita, semoga para readers suka dan ga pelit lagi sama komentarnya. ^^

SILENT READERS JAMBAN JUSEYO!
DILARANG CO-PAS TANPA IZIN!

Share Link Are Legal :) 





Tak seperti biasanya hari ini kau menghubungiku untuk segera bertemu. Dan kebetulan pula aku memang 
sedang merindukanmu. Kita bertemu di taman tempat biasa kita melihat bintang bersama di kala malam 
menghampiri. Kau datang, namun ada sesuatu dari wajahmu yang berbeda, entah apa itu.

“Hmmm..” kau pun mulai berkata, dan hal itu membuatku merinding. Apa yang sebenarnya terjadi.

Untuk beberapa saat kita terdiam saling menatap, dan kau tiba-tiba saja mulai mengeluarkan benakmu 
selama ini. Kekhawatiranku pun terjawab. Kau mengeluarkan sebuah kotak merah muda yang dulu pernah 
ku berikan padamu. Kau mengembalikannya tanpa berani menatap mataku.

“Maafkan aku. Sudah sejak lama orang tuaku memintaku untuk bersekolah di LA dan tinggal bersama 
pamanku disana. Namun kau tau, aku tidak mungkin meninggalkanmu disini. Aku tak sanggup jauh darimu” 
Perlahan air mata yang kutakutkan selama ini mengalir di pipi merona itu.

Aku membeku, itu kelemahanku dan kau tau itu.

“Hingga tadi pagi orang tuaku bertengkar karena masalah ini. Aku bingung harus bagaimana. Aku sangat 
mencintaimu tapi apa yang harus aku lakukan. Orang tuaku pasti akan berpisah kalau sampai aku tak 
mengikuti permintaannya. Aku harus bagaimana? Aku bingung”

 Kau menangis tanpa henti, badanmu sudah mulai tak sanggup menahan rasa sesak yang sedari lama kau 
sembunyikan. Itu sungguh membuatku sakit. Saat aku ingin memelukmu bayanganmu pun menghilang terganti dengan sebuah gambar yang sedari malam ku peluk. Itu gambarmu.

Waktu berlalu begitu cepat sampai aku tak sadar kalau tahun berlalu begitu cepat tanpamu. Di setiap 
kenangan itu aku masih terngiang namamu. Tak jelas kapan itu terjadi, namun aku masih dapat mengingatnya. 

Tawamu yang membuat rasa lelah itu terbuang. Caramu menatap membuat ku merinding seketika. Aroma 
tubuhmu membuat ku ingin selalu bersamamu. Apa yang sebenarnya ku pikirkan?

Dengan hati kelam karena mengingat rasa sakit yang kurasakan di mimpi tadi, ku buka tirai kamarku. 
Walaupun waktu masih menunjukan pukul 2 pagi, namun mataku tak dapat menutup karena terlalu merindukanmu.

Ku pandangi lampu malam yang menghiasi kota, ku akui itu memang indah, namun masih tak banyak 
membantu rasa sakit ini. Pikiranku mulai melayang jauh kembali. Tanganku tiba-tiba saja mengambil sepucuk 
kertas yang ada di balik tumpukan buku. Disana ku mulai membiarkan noda hitam itu bergerak dengan 
sendirinya. Sambil meneteskan air mata, aku masih menuliskan pesanku untukmu.


Jung Il Yun, bagaimana kabarmu?

Ingatkah, saat hal sulit menghampirimu? Aku selalu ada disampingmu bukan.  Disaat kau menangis akulah yang bersedia mendampingimu. Tak pernah ada sepatah katapun yang berani ku katakan saat kau membiarkan rambutmu menyentuh pipiku. Hingga kau tersadar apa yang kau lakukan tadi dan akupun berusaha membuatmu menjukan senyum indah itu, walaupun ku tau apa yang aku lakukan ini tidak terlalu banyak membantu. Tapi ku bahagia melihatmu menunjukan senyum mungil itu. Aku berjanji akan selalu mengubah air matamu menjadi sebuah senyuman. Jadi, janganlah kau menangis saat ku tak ada. Tolong..

Berikanlah semua tangisanmu itu kepadaku. Akan kuhapus semua rasa pedih yang selama ini kau rasa. Aku akan menggantikan semua tangisanmu. Berikan kesedihanmu padaku. Akan ku biarkan kau tersenyum walaupun ku harus menggantikan tangisanmu ini. Aku akan menangis sampai semua tangisan milikmu tiada.


Sejujurnya aku masih tak sadar apa yang sebenarnya ku tulis tadi. Tanpa berpikir panjang ku biarkan sebuah amplop menyampuli kertas berisi tangisanku itu. Namun sampai detik ini aku masih membiarkannya terbengkalai di atas kotak merah muda itu. Entah mengapa tanganku membuka kotak tersebut, foto itulah yang kau berikan saat itu. Foto pudar itu masih ku lihat, sungguh sakit memperhatikannya, ingin sekali aku membuang itu semua namun tak sanggup raga ini membiarkannya berkumpul diantara kotoran itu. Walapun ku tau foto itulah yang membuatku menangis, foto itulah yang membuatku teringat tentang dirimu. Tak sanggup diri ini memperhatikan setiap tingkahmu ketika ku mengarahkan kamera ponselku ke arahmu, Senyuman itu. Masihkah kau memberikan senyuman malu itu?

Aku sangat bahagia melihat senyuman itu. Jangan kau biarkan senyuman itu lenyap karena tangisanmu.



*****



Hari ini benar-benar hari yang sebenarnya sudah ku tunggu sejak lama. Tapi karena sikapku yang dingin ini, 
aku bingung harus mulai darimana. Aku tak terbiasa akan hal ini. Keringatku mulai bercucuran, badanku 
bergetar menunggu kehadirannya, aku harus bagaimana?

Langkah kaki yang ku kenal itu semakin dekat. Rasanya aku ingin memberhentikan waktu dan berteriak 
sekencang-kencangnya, namun aku bisa apa. Detik-detik kedatangannya serasa lebih cepat.

Kau datang dengan anggunnya, walaupun kau hanya mengenakan dress sederhana dan tanpa memoleskan 
sedikitpun riasan di wajahmu, kau sungguh sangat cantik. Mataku benar-benar tak dapat teralihkan darimu. 
Ketika ku mulai sadar akan dunia nyata, kegugupan mulai datang. Gigiku bergemelatuk. Aku sangat malu 
saat ini. Dan akhirnya mata kita saling bertemu.

“Ah rupanya kau disini. Sedari tadi ku mencarimu tau!” seperti biasanya kau bertingkah ceria seperti ini. 
Namun aku masih diam mematung.

“Kyungsoo? Kau tak dengar ya?”

”Jung Il Yun, kau tau aku memang bukan pria tampan yang romantis…” aku mulai berkata dengan nada 
yang kurang terdengar sepertinya, namun seketika saat mendengarkan kalimat itu kau mulai mematung.

“Aku tak bisa mengukir kata-kata indah yang ku tau kau selalu ingin mendapatkannya dari seorang pria... 
sudah lama sekali kita bersahabat dan sudah sedari itu pula ku mulai menyukaimu. Dan sampai detik ini pun 
aku masih menyukaimu” baiklah ini sudah setengahnya, sekarang tinggal mengungkapkan kata itu. Tapi 
kenapa jantungku berdetak lebih kencang?

“Ada apa? Kenapa kau berhenti?” kau mulai tersenyum lembut. Aku bingung apa arti itu semua. Apa kau 
menganggap ini gurauan? Hal itu semakin membuatku bergetar.

“Hmm.. Jung Il Yun… aku mencintaimu… jadilah, kekasihku”

“Hahaha.. Kau ini kenapa Kyungsoo? Ternyata kau hebat juga saat bergurau” kau tertawa tiada henti setelah kuucapkan kalimat itu. Apakah ini artinya ku gagal? Cinta pertamaku harus seperti inikah?

Pikiranku mulai tak tentu arah. Tanpa berpikir panjang aku langsung memelukmu. Ku tau ini tidak sopan 
karena selama ini aku tidak pernah memelukmu. Namun tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang hangat di punggungku.

“Aku juga mencintaimu”



*****



Malam ini aku tak dapat membuat mataku terpejam. Di gelapnya kamarku ini, ku membiarkannya terbuka. 
Aku gambarkan wajahmu di pikiranku. Aku biarkan khayalanku terbang dengan angan-angan wajah 
manismu. Kau yang tersenyum malu dengan tatapan lembut. Aku ingin membiarkan tanganku memelukmu 
erat dan tak akan melepaskannya, namun apa yang harus kulakukan?  Kita sudah berjauhan. Aku sangat 
mencemaskan tangisanmu. Jadi, janganlah kau menangis saat ku tak ada. Karena kau tidak bisa bersandar 
pada bahuku lagi. Kau tidak bisa tersenyum karena ulahku lagi. Selamat tinggal.

Andai aku mundur satu tahun dan mengembalikan hatiku dan melarangmu pergi. Akankah sekarang kita 
tetap bersama? Jika aku bertemu denganmu lagi, akankah air mata ini tetap menetes? Bodohnya aku, yang 
tidak bisa berkata sepatah katapun. Aku tau itu mungkin pemikiran bodoh, tapi tetap saja, Andai…

Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku merindukan semua hal tentangmu. Maafkan aku, aku terlalu 
jahat padamu saat itu. Maafkan aku tak pernah bisa mengungkap apa yang ku rasa. Maafkan aku terlalu 
kaku dan dingin kepadamu. Begitu bodohnya aku melepasmu begitu saja saat itu.  Aku selalu memikirkan 
tentangmu. Dirimu yang selalu ada seperti udara.  Ini sungguh aneh, hanya dengan memikirkanmu saja 
membuat air mataku terjatuh tiada henti. Aku ingin kembali padamu. Akan kulakukan apapun. Maafkan aku.

Tanganku kembali mengambil surat yang akan ku berikana padamu. Di bagian akhir dari surat itu aku 
tuliskan kata-kata yang sedari lama sulit kuucapkan.



I’ll always care for you, even if we are not together, even if we are not in the same place 
again and far away from each other.

I still love you, and I miss you so much. Please be happy in that place. You must promise that never cry again baby. I don’t  want to let you cry. I  want to let you smile, the most brilliant smile.  I’ll take all of your tears. Cause It’s my turn to cry.



Your Love

Quiet and calm Soo




-FIN

Bagaimana fanficnya? silahkan taruh semua pendapat kalian ke kolom komentar ^^. Ga mau komentar ya gausah baca -_- *tendang silent readers*

Ya maka dari itu tolong sekali komentarnya yaa~~

Ppyeong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar